daulatrakyat.com – Dalam wawancara eksklusif bersama beberapa media terpilih di Jakarta, Peter Schmeichel, legenda Manchester United, berbagi cerita mengenai bagaimana seorang figur inspiratif bisa mengangkat peruntungan negaranya dan mencapai kesuksesan di kancah Piala Eropa dan Piala Dunia.
Pertanyaan tentang apa yang diperlukan bagi negara sepak bola besar seperti Indonesia untuk mewujudkan potensi terpendamnya dan berbicara di level sesungguhnya sempat menghadang Schmeichel.
Namun, ia memberikan perspektif menarik berdasarkan pengalaman dari negaranya sendiri.
“Sudah 15 tahun ini saya menjelajahi kawasan ini dan sering kali ditanya pertanyaan semacam itu,” kata Schmeichel.
“Pasti ada alasan mengapa pesepak bola kelas atas Asia jarang bermain di liga-liga seperti Premier League,” katanya.
Terkadang, Schmeichel tidak tahu persis mengapa hal tersebut terjadi. Apakah mereka memprioritaskan hal lain di luar sepak bola atau mungkin kesempatan yang kurang memadai.
Schmeichel menggambarkan perjalanan sepak bola di negaranya, Denmark, pada medio 1970-an.
Saat itu, sepak bola mereka masih berada di tingkat amatir dan timnas mereka kesulitan bersaing.
Namun, Denmark perlahan mulai memperbaiki situasi tersebut dengan menunjuk pelatih disiplin dari Jerman bernama Sepp Piontek pada tahun 1979.
“Kami tidak berhasil lolos ke turnamen apa pun saat itu,” ujar Schmeichel.
“Namun, kami berkomitmen untuk mengikuti pendekatan pelatih tersebut tanpa kompromi. Semua orang menyesuaikan diri dengan metode pelatih tersebut.”
Pendekatan yang tegas dan disiplin tersebut membuahkan hasil, dan akhirnya, Denmark berhasil lolos ke Piala Eropa 1984.
Dari cerita Schmeichel, kita bisa mengambil inspirasi bahwa perbaikan dan kemajuan dalam sepak bola memerlukan komitmen, disiplin, dan ketekunan dari semua pihak terlibat.
Potensi sepak bola Indonesia yang besar dapat diwujudkan jika semua elemen sepak bola bersatu dalam upaya mencapai kesuksesan di level internasional.***