Di setiap tanggal 22 Desember adalah kita semua memperingati Hari Ibu (Women Day), walau tak dipungkiri banyak kalangan perempuan tidak mengerti dan memahami.
Banyak faktor yang menyebabkan kaum perempuan/ibu khususnya di pedesaan, yang tidak mengerti dan memahami Hari Ibu tersebut.
Ya, karena yang ada didepan mata kaum perempuan/ibu hanya, rutinitas harian dan menyiapkan harapan dan cita-cita pada putra putrinya.
Itu belum deraan tentang kebutuhan pokok yang terus merangsek naik, dan tidak seimbang dengan pendapatan suami, bahkan cenderung minus.
Berangkat dari hal tersebut, banyak kalangan perempuan/ibu khususnya di pedesaan, mengabaikan tentang kebutuhan asupan gizi dari si buah hati.
Dan bisa dibayangkan bagaimana ketika kaum perempuan/ibu yang notabene sebagai ujung tombak harapan dan cita-cita bangsa dan negara, mengabaikan ttg asupan gizi, kesehatan dan masih banyak lagi faktor pendukung tumbuh kembang pada si buah hati.
Negara belum serius menyikapi permasalahan pelik yang dihadapi kaum perempuan/ibu di pedesaan.
Posyandu masih bersifat menunggu dan bukan menjemput dalam melaksanakan kegiatannya terkait masalah kesehatan anak.
Dan lebih cenderung menunggu ketika ada pasien datang, dan belum melakukan kegiatan yg bersifat menyeluruh. Baik saat ibu hamil sampai dengan pasca melahirkan, dan si anak berusia di bawah 5 tahun.
Bagaimana kaum perempuan berkutat dengan tuntutan guna mempersiapkan generasi yang berkualitas tapi disisi lain, negara belum hadir sesuai harapan.
Dan semoga kedepan ada harapan, guna menjemput cita-cita kita bersama, sehingga kesejahteraan keluarga bukan sebatas utopia belaka.***
—
Ditulis oleh: Riza Miranda, Penggiat GEMATI (Gerakan Makan Telor Indonesia)