“Kabar duka berpulangnya pejuang pemikir dan pemikir pejuang, almarhum Rizal Ramli”
Demikian isi dari kesaksian Sukmaji Indro Tjahyono, kawan satu angkatan perjuangannya melawan penguasa tiran rezim Orde Baru.
Ia kenal Rizal Ramli sejak masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1973, ketika bersama-sama menjadi aktivis mahasiswa.
Saya, kata dia, banyak aktif di pers kampus, sedang Rizal lebih banyak aktif di Dewan Mahasiswa ITB (DM ITB).
Waktu Rizal Ramli punya gagasan bikin Gerakan Anti Kebodohan (GAK) ia bertukar pikiran dengan dia.
Terus terang, kata Sukmaji, saya mengkritik, karena yang dibutuhkan saat itu adalah gerakan politik melawan Soeharto.
TNI atas perintah Soeharto memberi reaksi keras atas demonstrasi yang terjadi di semua kampus perguruan tinggi dari Sabang sampai Merauke.
Perguruan Tinggi diliburkan selama 1 tahun ini sebagai reaksi terhadap rencana mahasiswa lakukan mogok belajar.
Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ditangkap termasuk para guru besar.
Setelah dilakukan pemeriksaan, 600 aktivis mahasiswa terkena wajib lapor dan 300 mahasiswa diadili.
Rizal Ramli yang menjadi perumus bersama penulis Buku Putih lain juga dipenjara dan diadili di Bandung.
Sedangkan ratusan mantan Ketua Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa dipenjara dan diadili di kota-kota lain.
Sementara mantan aktivis ITB lain mendirikan organisasi untuk melanjutkan pengkaderan di berbagai kampus.
Rizal Ramli bicara kepadanya. “Saya harus melanjutkan belajar ke luar negeri. Kita butuh perubahan yang tidak sekedar menjatuhkan rezim, tetapi harus membangun sistem yang benar,” kata Sukmaji menirukan obrolan mereka saat itu.
Saya dan Rizal Ramli
Kembali ke kabar berpulangnya almarhum Rizal Ramli. Yang secara pribadi kedekatan saya dengan almarhum belum terlalu lama.
Berawal 10 tahun lalu, ketika meminta almarhum untuk menulis kolom khusus opini di website yang saya kelola yaitu, Bogordaily.net.
Namun untuk mengenal dan mengetahui jejak kehidupan dan kiprahnya tentu sudah setengah abad lamanya.
Kabar berpulangnya terlalu mengejutkan dan kepastiannya sekitar pukul 22.35 WIB.
Sudah tiga pekan saya dan almarhum tidak berkabar via whatsapp. Perihal kondisi kesehatannya?
Kabar duka ini saya dengar saat saya sedang bersilaturahmi ke kawan lama Ndan Mamase Brotoseno, pentolan aktivis senior tahun 89/90 yang kini menepi di kawasan yang asri daerah Majegan Pandowoharjo Sleman Yogyakarta.
Kabar itu menyeruak di tengah suasana begitu asik-asiknya obrolan kami soal keluarga, cerita masa lalu hingga tak ketinggalan berbagai perkembangan isu copras capres di tahun politik ini.
Di handphone pribadi saya juga tak henti-hentinya berseliweran kabar berantai berita kepergian almarhum, lengkap dengan foto dari grup-grup WA yang menggambarkan suasana di
rumah duka almarhum di Jln Bangka IX no 49R Jakarta Pusat.
Obrolan kami terjeda sejenak dan kami berdua saling menatap mata, lantas mengheningkan cipta.
Jarak yang begitu jauh membuat saya begitu sedih tidak bisa datang sekedar untuk menatap wajahnya yang terakhir kali.
Dari berbagai catatan di Facebook dan berbagai platform medsos serta berita media cetak dan televisi swasta nasional/ internasional, kepergian almarhum RR sapaan familiar buat semua kalangan berduka.
Banyak sudah berbagai testimoni tentang kiprah dan portofolio almarhum yang begitu banyak memberi inspirasi.
Terutama sikap kritisnya kepada penguasa. Tentang komitmen dan kecintaannya pada ikhtiar perubahan perbaikan nasib bangsa dan negara.
Pun kepedulian terhadap nasib rakyat banyak. Kepergian almarhum begitu banyak ditangisi dan diratapi berbagai kalangan.
Begitu juga saya yang saat almarhum berpulang ke Rahmatullah, terpisahkan jarak Jogja – Jakarta dan tak bisa menahan sedih dan airmata.
Saya bersedih dan berduka sedalam-dalamnya. Sambil dalam hati berucap serta bersaksi menorehkan kesan.
Selamat jalan Elang Rajawali sekaligus Guru Kebaikan bagi perjalanan sejarah kehidupanku.
Almarhum orang baik. Insya Allah khusnul khotimah. Surga adalah tempat yang layak ditempati dalam menjalani hidup di keabadian Nya. Al Fatihah. Aamin.
Yogyakarta, 03 Januari 2024
—-
Ditulis oleh: MS Gibran